Sabtu, 19 Mei 2012

Gangguan Temporomandibular Joint


A.  Latar Belakang

Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi,  faktor degenerasi pada TMJ  dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya kelainan anatomi rahang  dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.
Pada diskus artikularis dapat terjadi aktifitas pergeseran yang meningkat sehingga diskus mengalami over use menyebabkan fleksibilitas diskus menurun  , bila hal ini berlanjut dapat menyebabkan  terjadinya ruptur atau inflamasi discus yang menyebabkan timbulnya nyeri.
Pada otot terjadi hipertonus sebagai reaksi dari hiperfungsi system musculoskeletal tersebut yang dapat menyebabkan hipertonus / spasme otot atau hipotonus yang dapat menyebabkan terjadinya kelemahan otot dan inflamasi  yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri.
Ligamen-ligamen yang berhubungan dengan TMJ juga akan mengalami kekakuan sebagai akibat  penekanan-penekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan fleksibilitas dari ligamen-ligamen tersebut akan berkurang atau menurun dapat menimbulkan kekakuan hipomobile yang berakibat terjadi kontraktur serta menimbulkan laxity hipermobile yang berakibat terjadi ruptur dan dapat menimbulkan rasa nyeri.
Pada saraf sensasi nyeri ditimbulkan karena adanya iskhemia lokal sebagai akibat dari adanya hiperfungsi kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari disregulasi sistem simpatik dimana dengan adanya aktifasi berlebihan pada sistem saraf simpatis akan menimbulkan mikrosirkulasi yang berakibat nutrisi pada jaringan berkurang sehingga menyebabkan iskhemik pada jaringan tersebut maka akan terjadi nyeri.




B.  Struktur Anatomis yang Bekerja Saat Membuka Mulut


Dalam proses membuka dan menutup mulut, terdapat beberapa struktur anatomi yang berperan yaitu otot membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula (temporomandibula joint/TMJ). Otot membuka mulut terdiri dari otot pterygoideus lateralis, dan otot suprahioid. Sedangkan otot yang berfungsi menutup mulut adalah otot master, otot temporalis, ototpterigoideus medialis. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.
 
 

Gambar 1. Struktur anatomi saat membuka mulut

Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga (Gambar 2)
Gambar 2. Temporomandibular Joint

Membuka dan menutup mulut merupakan gerakan disadari. Sebagaimana diketahui bersama bahwa terjadinya gerakan merupakan kerja motorik dari otot. Dalam hal ini, yang berfungsi untuk mengatur pergerakan TMJ dan musculus sekitar TMJ ialah sistem saraf. Inervasi pada daerah temporomandibula ialah N.Trigeminus (N.V)


C.  Gangguan TMJ

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular.
Gangguan temporomandibular (temporomandibular disorder; TMD) adalah istilah yang luas, dengan dibagi menjadi penyakit sendi yang sesungguhnya (true joint disease; TMJ) dan sindroma nyeri / disfungsi miofasial (myofascial pain/ dysfunction syndrome; MPD).
Istilah gangguan sendi temporomandibular (temporomandibular joint; TMJ) secara salah untuk menggambarkan keadaan sendi sendiri bukan merupakan sumber utama disfungsi. Gangguan musculoskeletal, dibandingkan dengan penyakit sendi, lebih sering merupakan sumber gejala dan keluhan di rahang atau daerah pembiasan di kepala dan leher. Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala; ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri pada pengunyahan.
Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut.
Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi temporomandibula. Factor factor etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
1.      Faktor predisposisi
 Merupakan factor yang meningkatkan resiko terjadinya dsifungsi sendi. Terdiri dari :
a.       Keadaan sistemik. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi temporomandibula adalah rematik
b.      Keadaan structural. Keadaan structural yang mempengaruhi sendi temporomandibular adalah oklusi dan anatomi sendi, meliputi :
1)      Hilangnya gigi posterior openbite anterior
2)      Impaksi molar 3
3)      Overbite yang lebih dari 6-7 mm, dll
2.      Faktor inisiasi (presipitasi)
 Merupakan factor yang memicu terjadinya gejala-gejala disfungsi sendi temporomandibula misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatic atritis sendi temporomandibula.
Beberapa tipe parafungsi oral seperti kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, dan keausan pada gigi-gigi.
Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan dapat mengakibatkan kelainan fungsi fascia otot, karena seluruh fascia dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ lainnya
3.      Factor Perpetuasi
Merupakan factor etiologi dalam gangguan sendi temporomandibula yang menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.

Adapun tanda dan gejala dari gangguan TMJ adalah sebagai berikut :
1.       Sakit atau gangguan yang terasa di rahang
2.      Rasa sakit di sekitar telinga
3.      Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan
4.      Rasa sakit di sekitar wajah
5.      Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut
6.      Rahang terkunci, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup.
7.      Sakit kepala
8.      Gigitan yang tidak pas
9.      Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur (lebih awal dari yang lain)


D.  Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Gangguan TMJ

Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.
1.      Oklusi.
Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang (crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak direstorasi, adanya bruxism.
2.      Pembukaan antar insisal
Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar 40 hingga 50 mm.
3.      Pergerakan lain
Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10 mm). gangguan internal misalnya dislokasi discus, akan membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan.
4.      Palpasi
Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan temporalis serta otot leher dan bahu.

Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.
1.      Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut.
2.      Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu diketahui.
3.      Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru, yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal, dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock.
4.      Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut.
5.      Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh, selanjutnya dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, dll.
6.      Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis, maupun secara bedah juga dicatat.
7.      Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis, dan terapi control stress selanjutnya.


E.  Dampak Gangguan TMJ

1.      Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa. Penderita biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita trismus, hal tersebut berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat proses salivasi dan pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa makanan tersebut.

2.      Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat menimbulkan karies yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada mandibula akan menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita kanker yang menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi akibat matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.

3.      Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara.
Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan berbicara. Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi yang dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot mengalami kerusakan, laring tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.

4.       Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang
Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular joint. Saat temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan timbul pada sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi. Jika tidak ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi pada otot-otot pengunyah sehingga jika terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada otot tersebut.


F.  Respon Imunitas Rongga Mulut

Saat terjadi trismus yang salah satunya disebabkan oleh inflamasi bakteri, tubuh akan merespon dengan respon inflamasi salah satunya edema yang ditunjukkan oleh adanya bengkak. Dimana, edema ini kemungkinan berada pada M.Pterygoideus medialis sehingga menyebabkan trismus.

G.  Pencegahan dan Penanganan Gangguan TMJ

Dalam melakukan perawatan terhadap gangguan TMJ sangatlah rumit. Namun perawatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara. Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik:Pasien dapat melakukan sendiri kompres dengan lap panas. Caranya : di atas lap diletakkan botol berisi air panas, lama terapi 10-15 menit dilakukan terus-menerus sekurang-kurangnya 3 minggu. Pemijatan sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metal salisilat. Latihan membuka dan menutup mulut secara perlahan tenpa terjadi deviasi, dilakukan di depan cermin. Caranya: garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh membuka-menutup mulut di depan cermin tanpa terjadi penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat seperti Infrared yang berguna untuk menghilangkan nyeri, relaksasi otot superficial, menaikan aliran dara superficial, dll.
Perawatan dengan Obat Analgetik seperti Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen ; Anti inflamasi seperti Naproxen dan Ibuprofen ; dll.
Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot, menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.
Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang dibutuhkan).




DAFTAR PUSTAKA

Jubhari, Eri.H (2002) Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran 137, 42-45.
Shulman DH, Shipman B, Willis FB (2009) Treating trismus with dynamic splinting: a case report. Journal of Oral Science 51, 141-144.
Dhanrajani PJ, Jonaidel O (2002) Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment. Dental Update 29, 88-94.
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 306-309.
Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG Unpad.
Louhenapessy J, Kaelani Y. Analisa Kelelahan Material Condylar Prosthesis dari Groningen Temporomandibular Joint Prosthesis Menggunakan Metode Elemen Hingga. ITS Surabaya.
Schwartz, MW. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.2004.

Kamis, 03 Mei 2012

SISTEM ENDOKRIN


A.    Sistem Endokrin

I.       Pengertian dan Fungsi Sistem Endokrin

System endokrin adalah system kelenjar control tanpa saluran (ductless) yang mensekresikan hormone yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (organ target).
System endokrin, dalam kaitannya dengan system saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua system ini bersama-sama bekerja untu mempertahankan homeostasis tubuh dan merupakan system komunikasi utama dalam tubuh. Bila system endokrin umumnya bekerja melalui hormone, maka system saraf bekerja melalui neurotransmitter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Adapun fungsi dari system endokrin, ialah mengatur mempengaruhi bebrapa aktivitas dalam tubuh manusia, yaitu :
1.      Reproduksi dan laktasi
2.      Proses system kekebalan tubuh
3.      Keseimbangan asam basa
4.      Asupan cairan, keseimbangan volume cairan intraselular dan ekstraselular
5.      Metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat
6.      Digesti, absorbs, dan distribusi nutrient
7.      Tekanan darah
8.      Tahanan tekanan
9.      Adaptasi terhadap perubahan lingkungan

II.    Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Sebagai mana pengertian dari sistem endokrin di atas, maka berikut akan dijelaskan mengenai gambaran umu sistem endokrin. Diantaranya sebagai berikut.
1.      Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasi aktivitas tubuh.
2.      Pengendalian endiokrin diperantarai oleh pembawa pesan kimia atau hormon, yang dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan dibawa melalui sistem sirkulasi menuju sel target.
3.      Hormone mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu suatu molekul protein yang memiliki sisi pengikat untuk hormon tertentu.
4.      Respons hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya lebih luas daripada respons langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.

Pengahsil hormone adalah sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Di dalam tubuh terdapat beberapa kelenjar endokrin yang tersebar di tubuh, yaitu :
1.      Kelenjar hipofisis anterior dan posterior
2.      Kelenjar tiroid
3.      Empat kelenjar paratiroid
4.      Dua kelenjar adrenal
5.      Pulau-pulau Langerhans pada pancreas endokrin
6.      Dua ovarium
7.      Dua testis
8.      Kelenjar pineal dan kelenjar timus.
 
Kelenjar yang terletak pada bagian cranium yaitu kelenjar hipofisis dan kelenjar hipotalamus. Adapun letak dari kelenjar endokrin yang tertera di atas ditunjukkan pada gambar berikut.

Karakteristik Kelenjar Endokrin, diantaranya sebagai berikut :
1.      Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mensekresi hormone langsung ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Sebaliknya, kelenjar eksokrin seperti kelenjar saliva, mensekresi produknya ke dalam duktus.
2.      Kelenjar endokrin biasanya mensekresi lebih dari satu hormone. Kecuali kelenjar paratiroid hanya mensekresi hormone paratiroid
3.      Konsentrasi hormone dalam sirkulasi adalah rendah
a.       Hormone yang bersirkulasi dalam aliran darah hanya sedikit jika dibandingkan zat aktif biologis lainnya, seperti glukosa dan kolesterol.
b.      Walaupun hormone dapat mencapai sebagian besar sel tubuh, hanya sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat dipengaruhi.
4.      Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik. Ecara mikroskopis, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak kapilar dan ditopang jaringan ikat.


III. Pengetian Hormon dan Fungsinya

Kata hormon berasal dari bahasa Yunani hormone yang artinya membuat gerakan atau memebangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan.
Hormon adalah pengahantar kimiawi yang disekresikan oleh sel-sel khusus pada kelenjar endokrin dan dibawa oleh darah ke sel-sel target. Hormon merupakan molekul mediator yang mengontrol sejumlah fungsi esensial tubuh termasuk aktivitas kimia sel-sel pertumbuhan, keseimbangan garam dan cairan, perkembangan seksual dan respon terhadap penyakit  serta stress.


IV. Klasifikasi Hormon

Begitu banyak hormon yang terdapat dalam tubuh manusia. Meskipun begitu banyak, namun hormon-hormon tersebut dapat diklasifikasikan dengan meninjaunya dari beberapa aspek.

1.   Klasifikasi Hormon berdasarkan mekanisme kerjanya maka pembagian hormon menurut aspek biokimianya, yaitu :
a.       Hormon Lipofilik
Kelompok hormon ini menyampaikan pesan hormon dengan cara menembus membran sel dan berikatan dengan reseptor spesifik di dalam sel sasarannya.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
1)      Hormon steroid : hormon yang dibentuk dari kolesterol, terdiri atas   progesteron, kortisol, aldosteron, testosteron, estradiol.
2)      Hormon tiroid (tiroksin)
3)      Substansi mirip hormon :
a)      Derivat vitamin A : retinoat, retinol, retinal
b)      Eikosanoid (hormon lokal) : berasal dari asam arakidonat, berefek parakrin, yang termasuk eikosanoid adalah : prostaglandin, tromboksan, prostasiklin, dan leukotrien.

b.      Hormon Hidrofilik
Kelompok hormon ini menyampaikan sinyal dengan cara berikatan pada bagian luar sel sasaran pada reseptor spesifik yang terfiksasi di dalam membran sel. Pengikatan hormon menyebabkan pembentukan caraka kedua di bagian dalam membran sel. Kemudian caraka kedua mengatur respon sel target terhadap hormon melalui reaksi lainnya
Yang termasuk dalak kelompok hormon hidrofilik adalah:
1)      Derivat asam amino : histamin, serotonin, melatonin, dan katekolamin. Histamin dibentuk dari asam amino histidin, serotonin berasal dari asam amino triptofan, melatonin berasal dari serotonin, sedangkan katekolamin berasal dari tirosin. Katekolamin sendiri terdiri dari dopa, dopamin, noradrenalin, dan adrenalin.
2)      Peptida dan protein : insulin, lutropin, folitropin, oksitosin, vasopresin, somatomedin, kalsitonin.
2.   Klasifikasi hormone berdasarkan fungsi utama endokrin.
a.       Homeostasis (keseimbangan)
1)      Penyimpanan dan penggunaan energy melalui pengendalian metabolism karbohidrat, lemak, dan protein.
2)      Imbangan cairan tubuh dan elektrolit.
3)      Fungsi kardiovaskular.
Hormone yang terlibat :
·         Insulin, glucagon, katekolamina, growth hormone, kortisol, dan tiroid.
·         Anti Diuretic Hormon (ADH) dan aldosteron.
b.      Reproduksi
1)      Perkembangan organ seks dan sifat-sifat kelamin sekunder
2)      Gametogenesis (produksi sel telur dan sperma)
3)      Siklus menstruasi
4)      Kehamilan, kelahiran, dan laktasi.
Hormone yang terlibat
·         Estrogen (terutama estradiol), progesterone
·         Prolaktin, oksitosin
·         Androgen (terutama testosterone)

3.   Klasifikasi hormon berdasarkan fungsi :
a.       Hormon pengembangan
Hormone yang memegang peranan didalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormone ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
b.      Hormon metabolisme
Proses homeostasis glukosa dalam tubuh yang diatur bermacam-macam hormon. Contoh : glucagon, katekolamin, dan glukokortikoid.
c.       Hormon tropik
Dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi folikel pada ovarium dan spermatogenesis.
d.      Hormon pengatur metabolism air dan mineral sitonia dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolism Ca dan fosfor.

V.    Mekanisme Kerja Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin akan mengeluarkan hormone bila ada stimulus atau rangsangan. Hormone yang akan dikeluarkan kemudian diangkut oleh darah menuju kelenjar-kelenjar yang sesuai sehingga bagian tubuh yang sesuai tersebut akan merespon misalnya insulin yang disekresikan pancreas apabila kadar gula dalam darah tinggi.
Berikut mekanisme kerja hormone secara spesifik :
1.      Stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel. Aktivasi enzim melibatkan system reseptor terikat membrane (pembawa pesan kedua).
a.       Molekul-molekul dari berbagai hormone protein dan polipeptida (pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada permukaan sel yang spesifik terhadap hormone tersebut.
b.      Kompleks hormone reseptor menstimulasi pemebentukan adenosine 3,5 – monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormone.
1)      Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membrane, yang termasuk keluarga protein regulator pengikat nukelotida guanine.
2)      G-protein mengalami perubahan bentuk, sehingga guanosin difosfat(GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzim pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP).
3)      Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat siklase, untuk memproduksi cAMP.
c.       Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai moleki cAMP-dependen protein kinase yang sesuai.
1)      Enzim protein kinase mengkatalisis rreaksi fosforilasi khusu (transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma.
2)      Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah dari hormone yang bersirkulasi dapat diperkuat sehingga mengakibatkan aktivitas enzim intraseluler utama
d.      Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.
e.       cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraseluler fosfodisterase. Ini akan membatasi durasi efek cAMP.
2.      Aktivasi gen melibatkan system reseptor intraselular
a.       Hormone steroid, hormone tiroid, dan beberapa jenis hormone polipeptida, menembus membrane untuk masuk ke dalam sel. Hormone tersebut berikatan dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nucleus sel.
b.      Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang transkripsinya distimulasi oleh hormone. Disisi ini, kompleks akan berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk hormone.
c.       Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi mRNA yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d.      mRNA kemudian ditransisi menjadi protein dan enzim yang memicu respons selular terhadap hormone.




B.     Abnormalitas Hormon

Sebagai bahan pembawa sinyal, hormon beredar dalam darah hanya dalam konsentrasi kecil (antara 10-7 dan 10-12 M). Konsentrasi tersebut menunjukkan perubahan yang sangat besar. Kebanyakan konsentrasi hormon berubah secara periodik dalam daur yang dapat tergantung dari hari, bulan, musim dan daur berahi.
Konsentrasi hormon diatur secara tepat melalui sistem umpan balik sederhana atau sistem yang diatur secara hierarki. Kekurangan dan kelebihan hormone memiliki efek, diantaranya :
1.      Abnormalitas GH
a.       kerdil (dwarfism). Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia digunakan secara terapeutik dalam kasus dwarfism hipofisis.
b.      Gigantisme. Hipersekresi GH selama masa dan sebelum penutupan lempeng epifisis mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebihan. Biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis yang sangat jarang terjadi.
c.       Akromegali. Hipersekresi GH setrelah penutupan lempeng epifisis tidak menyebabkan penambahan panjang tulang panjang. Tetapi menyebabkan pembesaran yang tidak proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang pipih pada wajah, dan memperbesar ukuran tangan dan kaki
2.      Abnormalitas ADH
a.      Hiposekresi mengakibatkan diabetes insipidus, yang ditandai dengan rasa haus yang berlebihan juga reproduksi urine berlebihan. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada hipotalamus atau lobus posterior karena kegagalan ginjal merespons ADH dalam jumlah kecil.
b.      Hipersekresi kadanga terjadi setelah hipotalamus mengalami cedera atau karena tumor. Hal ini mengakibatkan retensi air, dilusi cairan tubuh,  dan peningkatan volume darah.
3.      Abnormalitas sekresi tiroid
a.      Hipotiroidisme mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat, dan peningkatan simpanan lemak. Pada orang dewasa menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat. Pada anak kecil kretinisme yaitu retardasii mental dan fisik.
b.      Hipertiroidisme mengakibatkan aktivitas metabolic meningkat, berat badan turun, gelisah, tremor, diare, frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan, gejalanya adalah toksisitas hormone. Dapat menyebabkan golter eksolftalmik (penyakit Grave). Gejalanya berupa pembengkakan jaringan di bawah kantung mata sehingga bola mata menonjol.
c.       Golter (gondok) adalah pembesaran kelenjar tiroid. Gondok ringan berkaitan dengan hipotiroidisme terjadi di daerah yang mengalami defisiensi iodium.
4.      Abnormalitas paratiroidisme
a.      Hiperparatiroidisme diakibatkan oleh tumor paratiroid. Mengakibatkan peningkatan aktivitas osteoklas, resorpsi tlang dan dekalsifikasi serta pelemahan tulang.
b.      Hipoparatiroidisme mengakibatkan penurunan kadar kalsium darah dan peningkatan iritabilitas system neuromuscular. Jika berlebihan dapat menyebabkan tetanus.
5.      Abnormalitas adrenokortikal
a.      Hiposekresi terjadi karena destruksi jaringan kortikal akibat penyakit atau atrofi, dikenal sebagai penyakit Addison. Mengakibatkan ketidakseimbangan Na-Ka dalam darah, penghitaman kuli (akibat penambahan ACTH, mirip dengan MSH, dan penurunan kemampuan untuk merespons stress fisiologis.
b.      Hipersekresi dapat terjadi akibat tumor adrenal atau peningkatan produksi ACTH. Sekresi aldosteron yg berlebihan mengakibatkan peningkatan natrium tubuh, volume cairan ekstraseluler, curah jantung, dan tekanan darah. Cushing’s disease terjadi akibat produksi glukokortikoid berlebihan pada zona fasikulata yang mengakibatkan peningkatan mobilisasi protein dan lemak, sehingga terjadi kelemhan otot dan penumpukan lemak di leher, wajah dan trunkus


C.    Hormon Pertumbuhan

I.       Pengertian dan Fisiologi Hormon Pertumbuhan

Hormon yang berperan terhadap pertumbuhan yaitu growth hormone (hormon somatotropin) dan hormone tiroksin. Hormone pertumbuhan (GH) adalah hormone protein yang dilepaskan dalam pola diurnal selama 24 jam. Sekitar 70% sekresi harian terjadi dalam satu ledakan 1-4 jam setelah awitan tidur. Peningkatan pelepasan GH terjadi selama pubertas dan kehamilan.
Hormone pertumbuhan meningkatkan sintesis protein di semua sel tubuh, terutama sel otot. GH menstimulasi pertumbuhan kartilago dan aktivitas osteoblas, sel penghasil tulang di tubuh. GH sangat penting untuk pertumbuhan tulang longitudinal dan untuk remodeling tulang yang terus-menerus berlangsung seumur hidup. Efek GH pada tulang dan kartilago terjadi melaui peptide perantara, yang disebut somatomedin atau factor pertumbuhan mirip insulin (IGF), yang dilepaskan dari hati sebagai respons terhadap hormone pertumbuhan. GH secara langsung menstimulasi pertumbuhan hampir semua organ lain pada tubuh, termasuk otot jantung, kulit dan kelenjar endokrin.
Hormone pertumbuhan menyebabkan pemecahan lemak dan penggunaan lebih lanjut asam lemak sebagai energy. Karena lemak digunakan sebagai sumber energy, GH menyebabkna peningkatan glukosa darah  yang bersirkulasi. GH juga menyebabkna insentivitas terhadap insulin. Dengan menurunnya sensitivitas terhadap insulin, sebagian besar sel tidak mengangkut glukosa melalui intrasel sehingga meningkatkan kadar glukosa plasma lebih lanjut.
Hormone tiroksin mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid. Hormone tiroksin meningkatkan laju metabolic hampir semua sel tubuh. Hormone ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran energy, terutama dalam bentuk panas. Mengendalikan pertumbuhan dan maturasi normal tulang, gigi, jaringan ikat, dan jaringan saraf.


II.    Faktor yang Mempengaruhi Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan dilepaskan dari hipofisis anterior sebagai respons terhadap keseimbangan antara dua hormon hypothalamus; GHRH dan Growth Inhibiting Hormon, yang juga disebut somatostatin. GH bekerja dengan cara umpan balik negative pada hipotalamus untuk menurunkan pelepasan GHRH lebih lanjut.
Peningkatan GHRH terjadi sebagai respons terhadap peningkatan kadar asam amino yang bersirkulasi, hipoglikemia, puasa atau kelaparan, stress fisisk dan emosional, dan penurunan GH. Olahraga menstimulasi pelepasan GHRH, secara langsung atau memilki efek hipoglikemia dan stress fisik. Hormon reproduktif (estrogen dan testosterone) tampak meningkatkan sekresi GH, baik dengan bekerja secara langsung pada hipofisis ataupun melalui stimulasi GHRH.
Hipotalamus melepaskan hormon inhibisi untuk GH, yang disebut somatostatin. Somatostatin dilepaskan sebagai respons terhadap glukosa darah yang tinggi, asam lemak bebas, , obesitas, dan kortisol. Pengaruh emosi, termasuk stress, menstimulasi somatostatin, kemungkinan besar melalui peningkatan kortisol sehingga menurunkan pertumbuhan.

III. Abnormalitas Hormon Pertumbuhan

1.      Abnormalitas GH
a.       kerdil (dwarfism). Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan poertumbuhan terheti. Hormone pertumbuhan manusia digunakan secara terapeutik dalam kasus dwarfism hipofisis.
b.      Gigantisme. Hipersekresi GH selama masa dan sebelum penutupan lempeng epifisis mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebihan. Biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis yang sangat jarang terjadi.
c.       Akromegali. Hipersekresi GH setrelah penutupan lempeng epifisis tidak menyebabkan penambahan panjang tulang panjang. Tetapi menyebabkan pembesaran yang tidak proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang pipih pada wajah, dan memperbesar ukuran tangan dan kaki
2.      Abnormalitas tiroksin, biasanya terjadi akibat defisisensi iodium, atau malfungsi hipotalamus, hipofisis atau kelenjar tiroid.
a.       Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormon tiroid (tiroksin). Hal ini mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat, dan peningkatan simpanan lemak.
1)      Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat.
2)      Pada anak kecil, hipotiroidisme mengakibatkan retardasi mental dan fisik, disebut dengan krtinisme.
b.      Hipertiroidisme adalah produksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan aktivitas metabolic meningkat, berat badan turun, gelisah, tremor, diare, frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan , gejalanya dalah toksisitas hormon.
1)      Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik (penyakit grave). Gejalanya berupa pembengkankan jaringan di bawah kantung mata sehingga bola mata menonjol.
2)      Goiter (gondok) adalah pembesaran kelenjar tiroid. Gondok ringan berkaitan dengan hipotiroidisme terjadi di daerah yang mengalami defisiensi iodium.