Kuliah
di fakultas kedokteran gigi memang membutuhkan ketekunan dan keahlian
tersendiri. Dalam dunia kedokteran gigi, mahasiswa tidak hanya mengandalkan
kemampuan otak kiri saja, melainkan kemampuan otak kanan juga. Menjadi mahasiswa
kedokteran gigi tidak hanya belajar teori, namun diperlukan juga keahlian dalam
penggunaan alat, keterampilan dalam bidang seni dll. Pokoknya, kedokteran gigi
itu merupakan perpaduan seniman, buruh, dan dokter.
Mahasiswa kedokteran gigi juga harus
pintar dalam meramu berbagai referensi yang didapatkan sebagai pegangan menjadi
dokter gigi. Referensi yang digunakan tidak boleh sembarangan loh, karena
nantinya objek kerja dokter gigi adalah rongga mulut manusia. Proses dentistry
juga bisa menyebabkan kematian loh. Jadi sebagai calon dokter gigi yang baik,
seorang mahasiswa kedokteran gigi harus pandai memilih pegangan. Maka dari itu,
saya ingin berbagi referensi berupa e-book yang bisa kalian unduh.
Buat kalian para pecinta Novel, nih ada beberapa novel terjemahan yang bisa diunduh. kisah dalam novel-novel ini sangat menarik loh. untuk sementara novel ini saja yang bisa saya bagikan.
Selamat membaca
Nyeri pada
disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya antara
lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot,
ligamen) yang berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari
kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang seperti mengerat gigi,
sering menguap, mengunyah pada satu sisi, faktor degenerasi pada
TMJ dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya pembebanan
yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham
belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta
adanya kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri
pada TMJ.
Pada
diskus artikularis dapat terjadi aktifitas pergeseran yang meningkat sehingga
diskus mengalami over use menyebabkan fleksibilitas diskus menurun , bila
hal ini berlanjut dapat menyebabkan terjadinya ruptur atau inflamasi
discus yang menyebabkan timbulnya nyeri.
Pada otot
terjadi hipertonus sebagai reaksi dari hiperfungsi system musculoskeletal
tersebut yang dapat menyebabkan hipertonus / spasme otot atau hipotonus yang
dapat menyebabkan terjadinya kelemahan otot dan inflamasi yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri.
Ligamen-ligamen
yang berhubungan dengan TMJ juga akan mengalami kekakuan sebagai akibat
penekanan-penekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan fleksibilitas dari
ligamen-ligamen tersebut akan berkurang atau menurun dapat menimbulkan kekakuan
hipomobile yang berakibat terjadi kontraktur serta menimbulkan laxity
hipermobile yang berakibat terjadi ruptur dan dapat menimbulkan rasa nyeri.
Pada saraf
sensasi nyeri ditimbulkan karena adanya iskhemia lokal sebagai akibat dari
adanya hiperfungsi kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau
mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari disregulasi sistem
simpatik dimana dengan adanya aktifasi berlebihan pada sistem saraf simpatis
akan menimbulkan mikrosirkulasi yang berakibat nutrisi pada jaringan berkurang
sehingga menyebabkan iskhemik pada jaringan tersebut maka akan terjadi nyeri.
B. Struktur Anatomis yang Bekerja
Saat Membuka Mulut
Dalam proses membuka dan menutup mulut,
terdapat beberapa struktur anatomi yang berperan yaitu otot membuka dan menutup
mulut, sendi temporomandibula (temporomandibula
joint/TMJ). Otot membuka mulut terdiri dari otot pterygoideus lateralis,
dan otot suprahioid. Sedangkan otot yang berfungsi menutup mulut adalah otot
master, otot temporalis, ototpterigoideus medialis. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar
1. Struktur
anatomi saat membuka mulut
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah
persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang
temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap
pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya
dibawah depan telinga (Gambar 2).
Gambar
2. Temporomandibular
Joint
Membuka dan menutup mulut merupakan
gerakan disadari. Sebagaimana diketahui bersama bahwa terjadinya gerakan
merupakan kerja motorik dari otot. Dalam hal ini, yang berfungsi untuk mengatur
pergerakan TMJ dan musculus sekitar TMJ ialah sistem saraf. Inervasi pada
daerah temporomandibula ialah N.Trigeminus (N.V)
C. Gangguan TMJ
Sendi temporomandibula merupakan
satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu
sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut
berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan
dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut
dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya
bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang
seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya
kelainan sendi temporomandibular.
Gangguan temporomandibular (temporomandibular disorder; TMD) adalah
istilah yang luas, dengan dibagi menjadi penyakit sendi yang sesungguhnya (true joint disease; TMJ) dan sindroma
nyeri / disfungsi miofasial (myofascial pain/ dysfunction syndrome; MPD).
Istilah gangguan sendi temporomandibular
(temporomandibular joint; TMJ) secara salah untuk menggambarkan keadaan sendi
sendiri bukan merupakan sumber utama disfungsi. Gangguan musculoskeletal,
dibandingkan dengan penyakit sendi, lebih sering merupakan sumber gejala dan
keluhan di rahang atau daerah pembiasan di kepala dan leher. Keluhan ini dapat
berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala; ketidakmampuan
menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri pada
pengunyahan.
Etiologi disfungsi temporomandibula
sampai saat ini masih banyak diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis
menyatakan sebagai berikut.
Stress emosional merupakan penyebab
utama disfungsi temporomandibula. Factor factor etiologi disfungsi sendi dibagi
menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
1.Faktor
predisposisi
Merupakan
factor yang meningkatkan resiko terjadinya dsifungsi sendi. Terdiri dari :
a.Keadaan
sistemik. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi
temporomandibula adalah rematik
b.Keadaan
structural. Keadaan structural yang mempengaruhi sendi temporomandibular adalah
oklusi dan anatomi sendi, meliputi :
1)Hilangnya
gigi posterior openbite anterior
2)Impaksi
molar 3
3)Overbite yang
lebih dari 6-7 mm, dll
2.Faktor
inisiasi (presipitasi)
Merupakan
factor yang memicu terjadinya gejala-gejala disfungsi sendi temporomandibula
misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi
temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatic atritis sendi
temporomandibula.
Beberapa tipe parafungsi oral seperti
kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat menimbulkan kelelahan otot,
nyeri wajah, dan keausan pada gigi-gigi.
Kebiasaan menerima telepon dengan gagang
telepon disimpan antara telinga dan bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan
dengan kepala lebih ke depan dapat mengakibatkan kelainan fungsi fascia otot,
karena seluruh fascia dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya
kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ lainnya
3.Factor
Perpetuasi
Merupakan factor etiologi dalam gangguan
sendi temporomandibula yang menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan
sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi
emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.
Adapun tanda dan
gejala dari gangguan TMJ adalah sebagai berikut :
1. Sakit atau gangguan yang terasa di rahang
2.Rasa
sakit di sekitar telinga
3.Kesulitan
menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan
4.Rasa
sakit di sekitar wajah
5.Suara
clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut
6.Rahang
terkunci, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup.
7.Sakit
kepala
8.Gigitan
yang tidak pas
9.Gigi-gigi
tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami
kontak prematur (lebih awal dari yang lain)
D. Pemeriksaan Klinis dan
Diagnosis Gangguan TMJ
Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan
kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ sebagian besar didasarkan atas
pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.
1.Oklusi.
Gangguan oklusi secara umum bisa
langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang (crossbite), gigitan dalam (deep
overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak direstorasi,
adanya bruxism.
2.Pembukaan
antar insisal
Pembukaan antar insisal bervariasi
lebarnnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar 40 hingga 50 mm.
3.Pergerakan
lain
Pergeseran lateral juga diukur, biasanya
pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan kesimetrisannya (angka yang
didapat biasanya 8 hingga 10 mm). gangguan internal misalnya dislokasi discus,
akan membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan.
4.Palpasi
Palpasi otot pengunyahan secara
bimanual, terutama otot maseter dan temporalis serta otot leher dan bahu.
Dalam mendiagnosis pasien diperlukan
riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang paling sering dirasakan pada
penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa
tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.
1.Rasa
sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting
untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit
tersebut.
2.Bunyi
sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak),
maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi
yang perlu diketahui.
3.Perubahan
luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru,
yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada
jarak antar insisal, dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock.
4.Perubahan
oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat
merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme
otot akut.
5.Informasi
keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh,
selanjutnya dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain
yang mengenai kepala dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada
telinga, dll.
6.Perawatan
sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis, maupun
secara bedah juga dicatat.
7.Stress.
Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan
beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi
psikologis, dan terapi control stress selanjutnya.
E. Dampak Gangguan TMJ
1.Permasalahan
dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut
menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi penderita trismus. Penderita tidak
sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa. Penderita biasanya akan
mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu
diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan
setelah menjalani proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan
berat badan sebesar 10 % dari berat badan awal memiliki indikasi terjadi intake
gizi dan kalori yang kurang pada penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat
gangguan menelan pada penderita trismus, hal tersebut berhubungan dengan
pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat proses salivasi dan pergerakan
lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang
tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi,
pembentukan bolus yang tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan
aspirasi dari sisa makanan tersebut.
2.Permasalahan
dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut
yang jelek akan dapat menimbulkan karies yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada mandibula akan menyebabkan
terjadinya osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita
kanker yang menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan
ini dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi akibat
matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang
dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.
3.Permasalahan
dalam proses menelan dan berbicara.
Kebanyakan dari penderita trismus akan
mengalami gangguan menelan dan berbicara. Berbicara akan terganggu jika mulut
tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi yang dihasilkan tidak akan
sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot mengalami kerusakan, laring
tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.
4.Permasalahan
akibat immobilasi sambungan rahang
Meskipun gejala utama trismus adalah
ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain yang sangat perlu mendapat
perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular joint. Saat
temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan timbul
pada sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang
terjadi pada proses artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses
inflamasi. Jika tidak ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan
kerusakan akan menjadi permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi
pada otot-otot pengunyah sehingga jika terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada
otot tersebut.
F. Respon Imunitas Rongga Mulut
Saat terjadi trismus yang salah satunya
disebabkan oleh inflamasi bakteri, tubuh akan merespon dengan respon inflamasi
salah satunya edema yang ditunjukkan oleh adanya bengkak. Dimana, edema ini
kemungkinan berada pada M.Pterygoideus
medialis sehingga menyebabkan trismus.
G. Pencegahan dan Penanganan Gangguan
TMJ
Dalam melakukan perawatan terhadap
gangguan TMJ sangatlah rumit. Namun perawatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Perawatan
sendiri/fisioterapi/terapi fisik:Pasien dapat melakukan sendiri kompres
dengan lap panas. Caranya : di atas lap diletakkan botol berisi air panas, lama
terapi 10-15 menit dilakukan terus-menerus sekurang-kurangnya 3 minggu. Pemijatan
sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metal salisilat. Latihan
membuka dan menutup mulut secara perlahan tenpa terjadi deviasi, dilakukan di
depan cermin. Caranya: garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh
membuka-menutup mulut di depan cermin tanpa terjadi penyimpangan garis median.
Fisioterapi dengan alat seperti Infrared yang berguna untuk menghilangkan
nyeri, relaksasi otot superficial, menaikan aliran dara superficial, dll.
Perawatan
dengan Obat Analgetik seperti Aspirin, Asetaminophen,
Ibuprofen ; Anti inflamasi seperti Naproxen dan Ibuprofen ; dll.
Memakai
alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin.
Fungsi splin oklusal adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan
hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot, menghilangkan kebiasaan parafungsi,
melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi temporomandibula,
menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut
otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang
menyebabkan rasa nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.
Bila gejala-gejala gangguan sendi
temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi kondilus sudah stabil pada
tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik pasien sudah
stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya
yaitu perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan
lepasan (jika memang dibutuhkan).
DAFTAR
PUSTAKA
Jubhari, Eri.H (2002) Proses Menua Sendi
Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran 137,
42-45.
Shulman DH, Shipman B, Willis FB (2009)
Treating trismus with dynamic splinting: a case report. Journal of Oral Science
51, 141-144.
Dhanrajani PJ, Jonaidel O (2002) Trismus:
Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment. Dental Update 29, 88-94.
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis
Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 306-309.
Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi
Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG Unpad.
Louhenapessy J, Kaelani Y. Analisa
Kelelahan Material Condylar Prosthesis dari Groningen Temporomandibular Joint
Prosthesis Menggunakan Metode Elemen Hingga. ITS Surabaya.
System endokrin adalah system kelenjar
control tanpa saluran (ductless) yang mensekresikan hormone yang tersirkulasi
di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain (organ
target).
System endokrin, dalam kaitannya dengan
system saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua system ini
bersama-sama bekerja untu mempertahankan homeostasis tubuh dan merupakan system
komunikasi utama dalam tubuh. Bila system endokrin umumnya bekerja melalui
hormone, maka system saraf bekerja melalui neurotransmitter yang dihasilkan
oleh ujung-ujung saraf.
Adapun fungsi dari system endokrin,
ialah mengatur mempengaruhi bebrapa aktivitas dalam tubuh manusia, yaitu :
1.Reproduksi
dan laktasi
2.Proses
system kekebalan tubuh
3.Keseimbangan
asam basa
4.Asupan
cairan, keseimbangan volume cairan intraselular dan ekstraselular
5.Metabolism
karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat
6.Digesti,
absorbs, dan distribusi nutrient
7.Tekanan
darah
8.Tahanan
tekanan
9.Adaptasi
terhadap perubahan lingkungan
II.Anatomi
dan Fisiologi Sistem Endokrin
Sebagai mana pengertian dari sistem
endokrin di atas, maka berikut akan dijelaskan mengenai gambaran umu sistem
endokrin. Diantaranya sebagai berikut.
1.Sistem
endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasi
aktivitas tubuh.
2.Pengendalian
endiokrin diperantarai oleh pembawa pesan kimia atau hormon, yang dilepas oleh
kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan
dibawa melalui sistem sirkulasi menuju sel target.
3.Hormone
mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu suatu molekul protein
yang memiliki sisi pengikat untuk hormon tertentu.
4.Respons
hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan distribusinya
lebih luas daripada respons langsung otot dan kelenjar terhadap stimulus sistem
saraf.
Pengahsil hormone adalah sel-sel khusus
pada kelenjar endokrin. Di dalam tubuh terdapat beberapa kelenjar endokrin yang
tersebar di tubuh, yaitu :
1.Kelenjar
hipofisis anterior dan posterior
2.Kelenjar
tiroid
3.Empat
kelenjar paratiroid
4.Dua
kelenjar adrenal
5.Pulau-pulau
Langerhans pada pancreas endokrin
6.Dua
ovarium
7.Dua
testis
8.Kelenjar
pineal dan kelenjar timus.
Kelenjar yang terletak pada bagian
cranium yaitu kelenjar hipofisis dan kelenjar hipotalamus. Adapun letak dari
kelenjar endokrin yang tertera di atas ditunjukkan pada gambar berikut.
Karakteristik Kelenjar Endokrin,
diantaranya sebagai berikut :
1.Kelenjar
endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mensekresi hormone langsung ke
dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Sebaliknya, kelenjar eksokrin
seperti kelenjar saliva, mensekresi produknya ke dalam duktus.
2.Kelenjar
endokrin biasanya mensekresi lebih dari satu hormone. Kecuali kelenjar paratiroid
hanya mensekresi hormone paratiroid
3.Konsentrasi
hormone dalam sirkulasi adalah rendah
a.Hormone
yang bersirkulasi dalam aliran darah hanya sedikit jika dibandingkan zat aktif
biologis lainnya, seperti glukosa dan kolesterol.
b.Walaupun
hormone dapat mencapai sebagian besar sel tubuh, hanya sel target tertentu yang
memiliki reseptor spesifik yang dapat dipengaruhi.
4.Kelenjar
endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang baik. Ecara mikroskopis,
kelenjar tersebut terdiri dari korda atau sejumlah sel sekretori yang
dikelilingi banyak kapilar dan ditopang jaringan ikat.
III.Pengetian Hormon dan Fungsinya
Kata hormon berasal dari bahasa Yunani
hormone yang artinya membuat gerakan atau memebangkitkan. Hormon mengatur
berbagai proses yang mengatur kehidupan.
Hormon adalah pengahantar kimiawi yang
disekresikan oleh sel-sel khusus pada kelenjar endokrin dan dibawa oleh darah
ke sel-sel target. Hormon merupakan molekul mediator yang mengontrol sejumlah
fungsi esensial tubuh termasuk aktivitas kimia sel-sel pertumbuhan,
keseimbangan garam dan cairan, perkembangan seksual dan respon terhadap
penyakitserta stress.
IV.Klasifikasi Hormon
Begitu banyak hormon yang terdapat dalam
tubuh manusia. Meskipun begitu banyak, namun hormon-hormon tersebut dapat diklasifikasikan
dengan meninjaunya dari beberapa aspek.
1.Klasifikasi
Hormon berdasarkan mekanisme kerjanya maka pembagian hormon menurut aspek
biokimianya, yaitu :
a.Hormon
Lipofilik
Kelompok
hormon ini menyampaikan pesan hormon dengan cara menembus membran sel dan
berikatan dengan reseptor spesifik di dalam sel sasarannya.
Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah :
1)Hormon
steroid : hormon yang dibentuk dari kolesterol, terdiri atas progesteron,
kortisol, aldosteron, testosteron, estradiol.
2)Hormon
tiroid (tiroksin)
3)Substansi
mirip hormon :
a)Derivat
vitamin A : retinoat, retinol, retinal
b)Eikosanoid
(hormon lokal) : berasal dari asam arakidonat, berefek parakrin, yang termasuk
eikosanoid adalah : prostaglandin, tromboksan, prostasiklin, dan leukotrien.
b.Hormon
Hidrofilik
Kelompok
hormon ini menyampaikan sinyal dengan cara berikatan pada bagian luar sel
sasaran pada reseptor spesifik yang terfiksasi di dalam membran sel. Pengikatan
hormon menyebabkan pembentukan caraka kedua di bagian dalam membran sel. Kemudian
caraka kedua mengatur respon sel target terhadap hormon melalui reaksi lainnya
Yang
termasuk dalak kelompok hormon hidrofilik adalah:
1)Derivat
asam amino : histamin, serotonin, melatonin, dan katekolamin. Histamin dibentuk
dari asam amino histidin, serotonin berasal dari asam amino triptofan,
melatonin berasal dari serotonin, sedangkan katekolamin berasal dari tirosin.
Katekolamin sendiri terdiri dari dopa, dopamin, noradrenalin, dan adrenalin.
2)Peptida
dan protein : insulin, lutropin, folitropin, oksitosin, vasopresin,
somatomedin, kalsitonin.
2.Klasifikasi
hormone berdasarkan fungsi utama endokrin.
a.Homeostasis
(keseimbangan)
1)Penyimpanan
dan penggunaan energy melalui pengendalian metabolism karbohidrat, lemak, dan
protein.
2)Imbangan
cairan tubuh dan elektrolit.
3)Fungsi
kardiovaskular.
Hormone
yang terlibat :
·Insulin, glucagon, katekolamina, growth hormone, kortisol, dan tiroid.
·Anti Diuretic Hormon (ADH) dan
aldosteron.
b.Reproduksi
1)Perkembangan
organ seks dan sifat-sifat kelamin sekunder
2)Gametogenesis
(produksi sel telur dan sperma)
3)Siklus
menstruasi
4)Kehamilan,
kelahiran, dan laktasi.
Hormone
yang terlibat
·Estrogen (terutama estradiol),
progesterone
·Prolaktin, oksitosin
·Androgen (terutama testosterone)
3.Klasifikasi
hormon berdasarkan fungsi :
a.Hormon
pengembangan
Hormone
yang memegang peranan didalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormone ini
dihasilkan oleh kelenjar gonad.
b.Hormon
metabolisme
Proses
homeostasis glukosa dalam tubuh yang diatur bermacam-macam hormon. Contoh :
glucagon, katekolamin, dan glukokortikoid.
c.Hormon
tropik
Dihasilkan
oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi folikel pada ovarium dan
spermatogenesis.
d.Hormon
pengatur metabolism air dan mineral sitonia dihasilkan oleh kelenjar tiroid
untuk mengatur metabolism Ca dan fosfor.
V.Mekanisme
Kerja Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin akan mengeluarkan
hormone bila ada stimulus atau rangsangan. Hormone yang akan dikeluarkan
kemudian diangkut oleh darah menuju kelenjar-kelenjar yang sesuai sehingga
bagian tubuh yang sesuai tersebut akan merespon misalnya insulin yang
disekresikan pancreas apabila kadar gula dalam darah tinggi.
Berikut mekanisme kerja hormone secara
spesifik :
1.Stimulasi
kerja enzim yang ada dalam sel. Aktivasi enzim melibatkan system reseptor terikat
membrane (pembawa pesan kedua).
a.Molekul-molekul
dari berbagai hormone protein dan polipeptida (pembawa pesan pertama) berikatan
dengan reseptor tetap pada permukaan sel yang spesifik terhadap hormone
tersebut.
b.Kompleks
hormone reseptor menstimulasi pemebentukan adenosine 3,5 – monofosfat siklik
(cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat menyampaikan pesan pertama
dari berbagai hormone.
1)Sintesis
cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membrane, yang termasuk
keluarga protein regulator pengikat nukelotida guanine.
2)G-protein
mengalami perubahan bentuk, sehingga guanosin difosfat(GDP) yang tidak aktif
dapat diganti dengan enzim pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP).
3)Kompleks
G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat siklase, untuk memproduksi cAMP.
c.Setiap
molekul cAMP mengaktivasi berbagai moleki cAMP-dependen protein kinase yang
sesuai.
1)Enzim
protein kinase mengkatalisis rreaksi fosforilasi khusu (transfer gugus fosfat)
untuk enzim kunci dalam sitoplasma.
2)Setiap
molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang sesuai dengan
enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah dari hormone yang
bersirkulasi dapat diperkuat sehingga mengakibatkan aktivitas enzim
intraseluler utama
d.Aktivasi
enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan reaksi kimia,
bergantung pada sifat bawaan sel.
e.cAMP
terurai dengan cepat oleh enzim intraseluler fosfodisterase. Ini akan membatasi
durasi efek cAMP.
2.Aktivasi
gen melibatkan system reseptor intraselular
a.Hormone
steroid, hormone tiroid, dan beberapa jenis hormone polipeptida, menembus
membrane untuk masuk ke dalam sel. Hormone tersebut berikatan dengan reseptor
internal bergerak dalam sitoplasma atau nucleus sel.
b.Kompleks
reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang transkripsinya
distimulasi oleh hormone. Disisi ini, kompleks akan berikatan dengan reseptor
DNA spesifik untuk hormone.
c.Gen
kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi mRNA yang
akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d.mRNA
kemudian ditransisi menjadi protein dan enzim yang memicu respons selular
terhadap hormone.
B.Abnormalitas
Hormon
Sebagai bahan pembawa sinyal, hormon
beredar dalam darah hanya dalam konsentrasi kecil (antara 10-7 dan
10-12 M). Konsentrasi tersebut menunjukkan perubahan yang sangat
besar. Kebanyakan konsentrasi hormon berubah secara periodik dalam daur yang
dapat tergantung dari hari, bulan, musim dan daur berahi.
Konsentrasi hormon diatur secara tepat
melalui sistem umpan balik sederhana atau sistem yang diatur secara hierarki.
Kekurangan dan kelebihan hormone memiliki efek, diantaranya :
1.Abnormalitas
GH
a.kerdil
(dwarfism). Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan
pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia digunakan secara terapeutik
dalam kasus dwarfism hipofisis.
b.Gigantisme.
Hipersekresi GH selama masa dan sebelum penutupan lempeng epifisis
mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebihan. Biasanya disebabkan
oleh tumor hipofisis yang sangat jarang terjadi.
c.Akromegali.
Hipersekresi GH setrelah penutupan lempeng epifisis tidak menyebabkan
penambahan panjang tulang panjang. Tetapi menyebabkan pembesaran yang tidak
proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang pipih pada wajah, dan
memperbesar ukuran tangan dan kaki
2.Abnormalitas
ADH
a.Hiposekresi
mengakibatkan diabetes insipidus, yang ditandai dengan rasa haus yang
berlebihan juga reproduksi urine berlebihan. Hal ini disebabkan karena adanya
kerusakan pada hipotalamus atau lobus posterior karena kegagalan ginjal
merespons ADH dalam jumlah kecil.
b.Hipersekresi
kadanga terjadi setelah hipotalamus mengalami cedera atau karena tumor. Hal ini
mengakibatkan retensi air, dilusi cairan tubuh,dan peningkatan volume darah.
3.Abnormalitas
sekresi tiroid
a.Hipotiroidisme
mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental
lambat, dan peningkatan simpanan lemak. Pada orang dewasa menyebabkan
miksedema, yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin di bawah kulit,
sehingga penampakan edema terlihat. Pada anak kecil kretinisme yaitu retardasii
mental dan fisik.
b.Hipertiroidisme
mengakibatkan aktivitas metabolic meningkat, berat badan turun, gelisah,
tremor, diare, frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme
berlebihan, gejalanya adalah toksisitas hormone. Dapat menyebabkan golter
eksolftalmik (penyakit Grave). Gejalanya berupa pembengkakan jaringan di bawah
kantung mata sehingga bola mata menonjol.
c.Golter
(gondok) adalah pembesaran kelenjar tiroid. Gondok ringan berkaitan dengan
hipotiroidisme terjadi di daerah yang mengalami defisiensi iodium.
4.Abnormalitas
paratiroidisme
a.Hiperparatiroidisme
diakibatkan oleh tumor paratiroid. Mengakibatkan peningkatan aktivitas
osteoklas, resorpsi tlang dan dekalsifikasi serta pelemahan tulang.
b.Hipoparatiroidisme
mengakibatkan penurunan kadar kalsium darah dan peningkatan iritabilitas system
neuromuscular. Jika berlebihan dapat menyebabkan tetanus.
5.Abnormalitas
adrenokortikal
a.Hiposekresi
terjadi karena destruksi jaringan kortikal akibat penyakit atau atrofi, dikenal
sebagai penyakit Addison. Mengakibatkan ketidakseimbangan Na-Ka dalam darah,
penghitaman kuli (akibat penambahan ACTH, mirip dengan MSH, dan penurunan
kemampuan untuk merespons stress fisiologis.
b.Hipersekresi
dapat terjadi akibat tumor adrenal atau peningkatan produksi ACTH. Sekresi
aldosteron yg berlebihan mengakibatkan peningkatan natrium tubuh, volume cairan
ekstraseluler, curah jantung, dan tekanan darah. Cushing’s disease terjadi
akibat produksi glukokortikoid berlebihan pada zona fasikulata yang
mengakibatkan peningkatan mobilisasi protein dan lemak, sehingga terjadi
kelemhan otot dan penumpukan lemak di leher, wajah dan trunkus
C.Hormon
Pertumbuhan
I.Pengertian
dan Fisiologi Hormon Pertumbuhan
Hormon yang berperan terhadap
pertumbuhan yaitu growth hormone (hormon
somatotropin) dan hormone tiroksin. Hormone pertumbuhan (GH) adalah hormone
protein yang dilepaskan dalam pola diurnal selama 24 jam. Sekitar 70% sekresi
harian terjadi dalam satu ledakan 1-4 jam setelah awitan tidur. Peningkatan
pelepasan GH terjadi selama pubertas dan kehamilan.
Hormone pertumbuhan meningkatkan
sintesis protein di semua sel tubuh, terutama sel otot. GH menstimulasi
pertumbuhan kartilago dan aktivitas osteoblas, sel penghasil tulang di tubuh.
GH sangat penting untuk pertumbuhan tulang longitudinal dan untuk remodeling
tulang yang terus-menerus berlangsung seumur hidup. Efek GH pada tulang dan
kartilago terjadi melaui peptide perantara, yang disebut somatomedin atau factor
pertumbuhan mirip insulin (IGF), yang dilepaskan dari hati sebagai respons
terhadap hormone pertumbuhan. GH secara langsung menstimulasi pertumbuhan
hampir semua organ lain pada tubuh, termasuk otot jantung, kulit dan kelenjar
endokrin.
Hormone pertumbuhan menyebabkan
pemecahan lemak dan penggunaan lebih lanjut asam lemak sebagai energy. Karena
lemak digunakan sebagai sumber energy, GH menyebabkna peningkatan glukosa
darahyang bersirkulasi. GH juga
menyebabkna insentivitas terhadap insulin. Dengan menurunnya sensitivitas
terhadap insulin, sebagian besar sel tidak mengangkut glukosa melalui intrasel
sehingga meningkatkan kadar glukosa plasma lebih lanjut.
Hormone tiroksin mencapai 90% dari
seluruh sekresi kelenjar tiroid. Hormone tiroksin meningkatkan laju metabolic
hampir semua sel tubuh. Hormone ini menstimulasi konsumsi oksigen dan
memperbesar pengeluaran energy, terutama dalam bentuk panas. Mengendalikan
pertumbuhan dan maturasi normal tulang, gigi, jaringan ikat, dan jaringan
saraf.
II.Faktor
yang Mempengaruhi Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan dilepaskan dari
hipofisis anterior sebagai respons terhadap keseimbangan antara dua hormon
hypothalamus; GHRH dan Growth Inhibiting
Hormon, yang juga disebut somatostatin. GH bekerja dengan cara umpan balik
negative pada hipotalamus untuk menurunkan pelepasan GHRH lebih lanjut.
Peningkatan GHRH terjadi sebagai respons
terhadap peningkatan kadar asam amino yang bersirkulasi, hipoglikemia, puasa
atau kelaparan, stress fisisk dan emosional, dan penurunan GH. Olahraga
menstimulasi pelepasan GHRH, secara langsung atau memilki efek hipoglikemia dan
stress fisik. Hormon reproduktif (estrogen dan testosterone) tampak
meningkatkan sekresi GH, baik dengan bekerja secara langsung pada hipofisis
ataupun melalui stimulasi GHRH.
Hipotalamus melepaskan hormon inhibisi
untuk GH, yang disebut somatostatin. Somatostatin dilepaskan sebagai respons
terhadap glukosa darah yang tinggi, asam lemak bebas, , obesitas, dan kortisol.
Pengaruh emosi, termasuk stress, menstimulasi somatostatin, kemungkinan besar
melalui peningkatan kortisol sehingga menurunkan pertumbuhan.
III.Abnormalitas Hormon Pertumbuhan
1.Abnormalitas
GH
a.kerdil
(dwarfism). Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan
poertumbuhan terheti. Hormone pertumbuhan manusia digunakan secara terapeutik
dalam kasus dwarfism hipofisis.
b.Gigantisme.
Hipersekresi GH selama masa dan sebelum penutupan lempeng epifisis
mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebihan. Biasanya disebabkan
oleh tumor hipofisis yang sangat jarang terjadi.
c.Akromegali.
Hipersekresi GH setrelah penutupan lempeng epifisis tidak menyebabkan
penambahan panjang tulang panjang. Tetapi menyebabkan pembesaran yang tidak
proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang pipih pada wajah, dan
memperbesar ukuran tangan dan kaki
2.Abnormalitas
tiroksin, biasanya terjadi akibat defisisensi iodium, atau malfungsi
hipotalamus, hipofisis atau kelenjar tiroid.
a.Hipotiroidisme
adalah penurunan produksi hormon tiroid (tiroksin). Hal ini mengakibatkan
penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat, dan
peningkatan simpanan lemak.
1)Pada
orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya
akumulasi air dan musin di bawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat.
2)Pada
anak kecil, hipotiroidisme mengakibatkan retardasi mental dan fisik, disebut
dengan krtinisme.
b.Hipertiroidisme
adalah produksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan aktivitas
metabolic meningkat, berat badan turun, gelisah, tremor, diare, frekuensi
jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan , gejalanya dalah
toksisitas hormon.
1)Hipertiroidisme
berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik (penyakit grave). Gejalanya
berupa pembengkankan jaringan di bawah kantung mata sehingga bola mata
menonjol.
2)Goiter
(gondok) adalah pembesaran kelenjar tiroid. Gondok ringan berkaitan dengan
hipotiroidisme terjadi di daerah yang mengalami defisiensi iodium.